Monday, March 5, 2012

Perbandingan 3 Cara Menjadi Kaya - Video

Mari saksikan 3 cara Menjadi kaya:

RESENSI BUKU: Cara Mudah bagi UKM Mendobrak Kebekuan Bisnis



Banyak buku bisnis yang beredar di Indonesia, masyarakat yang awampun disuguhi berbagai macam genre buku bisnis dari mulai buku bisnis yang bernuansa motivasi, aplikatif, bahkan ada buku bisnis yang dibuat dengan standarisasi internasional dengan membuat standarisasi yang berlaku di negara maju.

Namun sayangnya dahaga pada buku bisnis tersebut tidak mampu menjawab secara penuh apa yang diinginkan para entrepreneur terutama kalangan usaha kecil menengah. Ada yang beranggapan buku-buku tersebut hanya mampu mengakomodir kebutuhan para entrepreneur mapan, bahkan sebagian lagi menganggap buku bisnis yang ada hanya bersifat cerita motivasi spirit yang hanya berlaku bagi para pelaku bisnis pemula saja.

Karena itulah buku ini hadir menjawab semua permasalahan tersebut. Buku ini dibuat seproporsional mungkin dengan gaya penceritaan yang santai dan mudah dimengerti oleh banyak kalangan. Dalam buku kami terdapat lima bab yang akan membawa kita lebih dalam tentang pentingnya sebuah sistem. Dan bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:
Bab satu berisi tentang bagaimana bisnis berjalan tanpa ada kita. Saat ini banyak pebisnis yang terjebak pada situasi bisnis yang menjebak mereka pada sebuah kondisi di mana mereka tidak mempunyai waktu untuk kehidupan mereka. Padahal hakikat bisnis sebenarnya adalah berjalan tanpa ada diri kita sendiri.

Oleh karena itu sangat penting untuk memahami sistem bisnis. Dalam bab ini pembaca akan disuguhi pengertian sistem sebenarnya. Tidak hanya itu dalam bab ini juga dijelaskan bahwa betapa pentingnya visi dalam bisnis, yang mungkin tidak terlalu diperhatikan oleh beberapa UKM. Di bab ini juga ada beberapa contoh sistem dan visi dari beberapa perusahaan yang sudah maju. Dan bab ini sebagai pembuka dari bab-bab selanjutnya.

Inti dari bab ini adalah bagaimana bisa mensistemkan perusahaan dengan baik. Dengan mencontohkan beberapa perusahaan yang sudah menggunakan sistem dengan pembaca diajak untuk melihat sistem bisnis sebenarnya. Bukan hanya sebuah teori atau pepesan kosong semata.

Tidak hanya itu, pada bab satu juga menceritakan betapa pentingnya visi dan misi dalam perusahaan yang kita jalankan. Visi dapat menentukan arah perusahaan kita akan bermuara pada sebuah target, sedangkan misi adalah muatan terkecil dari kegiatan-kegiatan untuk mencapai sebuah visi. Kombinasi keduanya dapat memaksimalkan kinerja perusahaan kita bila secara berkala kita dapat mengerjakannya dengan baik.

Bab dua berisi tentang bagaimana menyiapkan diri kita sebelum sistem berjalan. Ada beberapa hal-hal penting yang harus dilakukan oleh seorang entrepreneur sebelum bisnis berjalan dengan baik, kebanyakan dari pelaku UKM tidak menyiapkan dirinya secara maksimal ketika akan menjalankan bisnisnya, alhasil banyak kendala-kendala yang terjadi saat sistem bisnis berjalan.

Inilah yang coba kami bahas dan kami ungkap pada para UKM, tujuan Bab dua adalah sikap apa saja yang harus disiapkan sebelum mereka menyatu dengan sistem. Dengan konsep penggambaran dan beberapa contoh, kami mencoba mengungkap secara detail sikap yang harus dilakukan sebelum menyatu dalam sistem. Inti dari bab II adalah tentang persyaratan apa saja yang harus dipenuhi ketika seorang membuat sebuah sistem. Ada delapan hal yang harus kita penuhi dalam membuat sistem, dan hal-hal tersebut adalah sistem sesuai dengan ruang lingkup usaha, sistem mudah diterapkan dengan budaya kerja, sistem harus bisa menguntungkan perusahaan dan karyawan, sistem dapat mendisiplinkan pengikut sistem, sistem dapat digunakan dalam jangka waktu panjang, sistem sesuai dengan hierarki perusahaan, sistem memberi gambaran tentang batasan yang harus dilakukan karyawan, dan juga sistem yang baik tidak menggunakan standar ganda. Dengan kedelapan hal diatas diharapkan seorang pengusaha mampu menjalankan usahanya dengan baik, sesuai dengan caranya.

Pada bab dua kita tidak hanya berisi delapan syarat yang harus dipenuhi dalam berbisnis, bab dua juga memberi gambaran tentang hal-hal apa yang harus kita siapkan sebelum kita mensistemkan bisnis, yaitu konsekuen, menjadi pembelajar, keterbukaan menerima kritik, fokus pada pertumbuhan dan perkembangan bisnis tidak hanya fokus pada hasil, menyiapkan staf dan karyawan yang sesuai dengan kompetensinya, menjadi pemimpin bijaksana, membangun loyalitas karyawan, mempercayakan dan mendelegasikan setiap pekerjaan pada sistem yang berlaku, dan profesional.
Pada Bab tiga berisi tentang bagaimana memiliki tim bisnis yang tepat. Dalam setiap bisnis yang berhasil dan sukses memiliki tim yang kuat dan solid untuk mengembangkannya. Kebanyakan dari pengusaha UKM mengabaikan kekuatan tim dan lebih mengedepankan gaya manajemen semau gue, tanpa peran tim sama sekali.  Karena masalah inilah kami ingin membuka mata para pelaku UKM tentang arti penting UKM dalam bisnis mereka.

Bab empat berisi tentang apa saja yang harus disistemkan dalam bisnis. Dalam bab ini ada beberapa contoh SOP dari beberapa perusahaan dengan penjelasan, jadi para UKM bisa tahu apa saja yang dibutuhkan dalam sebuah SOP. Apa saja yang dibutuhkan mari kita lihat satu persatu: Manusia, Operasional, Pemasaran, Keuangan, Distribusi, Informasi, dan Merek.

Bab lima berisi tentang keuangan secara sederhana, dengan beberapa cara mengelola keuangan, pelaku UKM dapat memaksimalkan sistem keuangannya dengan mereduksi beban-beban yang tidak penting. Apa saja yang dibahas dalam bab ini? Pertama buku ini membahas cara pandang baru dalam mengatur keuangan kita dengan konsep pandang stake holder. Kebanyakan cara pandang bisnis UKM hanya terpaku pada sistem manajemen keuangan semau gue. Sehingga untuk mencapai tahap yang lebih tinggi dan kompleks, mereka tidak mampu meng-handle-nya dengan baik. Nah pada bab ini kami memberikan pencerahan kepada mereka tentang arti penting mengelola keuangan pada usaha sendiri meski usaha yang dijalankan masih dalam ruang lingkup yang masih kecil.

Ada yang beranggapan buku-buku tersebut hanya mampu mengakomodir kebutuhan para entrepreneur mapan, bahkan sebagian lagi menganggap buku bisnis yang ada hanya bersifat cerita motivasi spirit yang hanya berlaku bagi para pelaku bisnis pemula saja. Karena itulah buku ini hadir menjawab semua permasalahan tersebut. Kami membuat buku ini seproporsional mungkin dengan gaya penceritaan yang santai dan mudah dimengerti oleh banyak kalangan.

Judul : Cara Mudah bagi UKM Mendobrak Kebekuan Bisnis
Penulis : Dewi Praptiwi dan Irawan Senda
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : Oktober 2010
Tebal : 228 Halaman
Dimensi : 14 x 21 cm
Harga : Rp. 46.800,-


Sumber artikel: gramediaonline.com, goodreads.com, dan redaksi
Sumber gambar: patriot-cahaya.blogspot.com


Dapatkan RESENSI BUKU lainnya di Portal Wirausaha Indonesia, silakan klik http://jpmi.or.id

No More UKM (Usaha Kecil Melulu)



Tim AndrieWongso.com
Sejak era reformasi, idiom UKM (Usaha Kecil dan Menengah) sangat sering dijumpai di berbagai media massa. Istilah tersebut juga sering menjadi wacana yang hangat dalam berbagai forum seminar. Ibarat gula, UKM menjadi semacam "komoditas" yang menjanjikan masa depan yang luar biasa.
Namun, bagaimana sebenarnya nasib UKM? Kalau dilihat dari data di beberapa lembaga resmi negara, salah satunya dari data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), jumlah pengusaha kelas UKM itu mencapai lebih dari 40 jutaan. Jumlah yang sangat banyak. Dan, seandainya satu usaha itu mempekerjakan dua orang saja, bisa dibayangkan, pengangguran langsung bisa diberantas!

Sayang, jumlah itu hanya hitungan optimis, setidaknya sampai saat ini. Betapa tidak. Ternyata, dari jumlah tersebut, separuh lebih adalah pengusaha kelas mikro, atau bahkan kelas supermikro. Yah, itulah kenyataannya. Banyak yang sudah berkembang, tapi jarang yang kemudian menjadi besar dan mampu jadi usaha mandiri yang menghidupi banyak orang. Namun, ada juga yang kemudian mampu jadi usaha yang benar-benar menjadi besar.

Lantas, apa sebenarnya yang membuat "jurang" perbedaan itu? Barangkali, beberapa tips kecil yang disarikan dari beberapa pengalaman entrepreneur baik lokal dan internasional ini bisa jadi referensi agar usaha yang kita jalankan tak sekadar berkelas UKM, alias Usaha Kecil Melulu tapi bisa jadi Usaha Konglomerasi Mandiri!

1. Mulailah lebih fokus dengan mengatur jadwal yang lebih tertata

Banyak usaha kecil yang ketika mulai membesar, sang pengusaha "tergoda" untuk ekspansi ke bidang lain yang kurang sesuai dengan yang sudah dijalaninya. Ada baiknya, jika ingin mengembangkan usaha lebih besar, kita fokus terlebih dulu.

Menurut John Kotter (pakar dari sekolah bisnis Harvard Amerika, yang menulis buku "Leading Change") untuk berubah menjadi besar, sangat diperlukan perhatian yang terfokus pada usaha yang sudah dijalankan. Dengan fokus, kita bisa mengatur jadwal dan kegiatan berkait pengembangan usaha dengan lebih maksimal.

2. Perhatikan kembali hubungan dengan karyawan 


Usaha kecil dan usaha besar pasti memengaruhi hubungan dengan karyawan. Saat kecil, untuk bertatap muka dan bertukar pendapat dengan karyawan bisa dilakukan dengan mudah untuk mendapatkan hasil maksimal sesuai tujuan bersama. Namun, saat menjadi besar, tatap muka semacam ini agak sulit terjadi seiring dengan bertambahnya karyawan. Untuk itu, perlu dibuat sebuah sistem di mana karyawan tetap merasa diperhatikan dan pemilik usaha pun tetap bisa menjalin kedekatan sehingga semangat saling dukung demi kemajuan tetap terjaga.

3. Maksimalkan kemampuan teknologi informasi (TI)

Teknologi informasi telah berkembang demikian pesatnya. Karena itu, bagi pengusaha yang ingin membesarkan skala usahanya, sudah seharusnya lebih melek teknologi. Sebab, dengan adanya TI, kita bisa dengan mudah berinteraksi, berkomunikasi, hingga bertransaksi hingga tingkat global. Untuk itu, pembuatan website perusahaan juga menjadi syarat mutlak representasi usaha. Tentu, jika ingin lebih bonafide, penggunaan bahasanya pun harus menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.

Alibaba.com salah satu contoh nyata di mana sebuah usaha berbasis web yang tadinya bukan apa-apa, dengan kemudahan dan kelengkapan yang diberikan, kini telah membuat Jack Ma - pemiliknya - mampu jadi pengusaha besar.

4. Tingkatkan kemampuan meramal pasar

Salah satu cara pengembangan usaha adalah dengan sebanyak mungkin mengumpulkan informasi yang berguna untuk pengembangan usaha. Karena, dengan informasi tersebut, kita bisa "meramalkan" dan bahkan menciptakan tren baru yang bisa membuat usaha kita makin berkembang. Dengan menganalisis perkembangan yang terjadi, kita akan lebih menguasai pasar untuk melakukan ekspansi usaha.

5. Dorong karyawan lebih kreatif

Karyawan adalah aset paling berharga. Dengan SDM yang mumpuni, bisa dipastikan usaha akan lebih mudah berkembang. Karena itu, cobalah membuat suasana usaha agar karyawan bisa memiliki lebih banyak ide untuk membantu pengembangan usaha kita.

Beberapa perusahaan yang berkembang sering kali membuat kompetisi antarkaryawan, misalnya lomba ide pemasaran paling kreatif. Dengan cara-cara semacam ini, usaha akan lebih memiliki alternatif untuk dikembangkan sesuai dengan tujuan bersama yang telah disepakati sebelumnya bersama seluruh karyawan.


6. Cari partner yang bisa mendukung pengembangan usaha

Salah satu upaya membesarkan usaha dengan cepat adalah dengan menjalin kemitraan, baik yang sifatnya sebagai penanam saham, penggabungan, atau bahkan akuisisi. Namun, untuk usaha yang masih skala kecil, bisa dimulai dengan mencari partner usaha yang sevisi agar usaha pun bisa lebih cepat lajunya.

Salah satu bentuk pengembangan usaha secara cepat yang belakangan sering kita jumpai adalah waralaba. Sebenarnya, bisa dikatakan bahwa konsep waralaba adalah konsep kemitraan untuk membesarkan usaha. Namun, untuk hal ini, memang diperlukan banyak persyaratan yang cukup detail agar tidak terjadi masalah di kemudian hari.

7. Tulis ulang rencana-rencana pemasaran

Usaha kecil bisa menjadi besar salah satunya adalah karena implementasi pemasaran yang tepat. Menurut Deb Roberts, CEO dari Synapse, salah satu kunci memahami pasar adalah dengan menguasai 5C, yakni consumer, channel, company, competition, dan climate. Setelah mengetahui beberapa hal seputar pemasaran, sudah saatnya kita bergerak dengan rencana-rencana yang matang dan penuh perhitungan.

8. Pelajari masalah dan perbaiki lebih intensif

Saat masih kecil, ketika mulai bergerak maju, pastilah tantangan yang dihadapi akan lebih besar. Dan, makin besar usaha, makin besar pula masalah yang akan dihadapi. Buat semua analisis terhadap semua hal tersebut, di sana kita akan belajar banyak hal untuk menjadikan usaha lebih kuat dan mandiri saat menghadapi berbagai ujian lain.

9. Perbaiki arus komunikasi


Komunikasi adalah hal paling penting yang bisa membuat usaha kita mandeg, jalan di tempat, atau bahkan maju pesat. Karena itu, jangan remehkan komunikasi, baik internal maupun eksternal. Misalnya, saat mendapat pesanan via SMS atau email, buatlah segera tanggapan yang diperlukan untuk menangani pesanan tersebut. Sedangkan ke dalam, selalu perhatikan komunikasi antarkaryawan. Adanya komunikasi dua arah yang intensif akan mendekatkan karyawan dengan perusahaan sehingga bisa saling dukung guna menggapai impian.

10. Jangan sungkan bertanya, berguru, dan "bercermin"

Ada banyak pengusaha besar yang bisa dijadikan teladan dalam pengembangan usaha. Karena itu, cobalah masuk ke komunitas-komunitas seperti misalnya KADIN, HIPMI, atau komunitas pengusaha lainnya. Di sana, selain bisa meluaskan jaringan, kita bisa mendapat ilmu yang berguna untuk menjadikan usaha kita maju.


Selamat mempraktikkan kiat-kiat di atas, sesuai dengan keadaan Anda. Semoga bisa semakin sukses. Salam sukses luar biasa!

_________________

Tulisan di atas dan artikel-artikel menarik lainnya bisa didapatkan di Majalah Motivasi LuarBiasa terbaru. Info: www.majalahluarbiasa.com atau hubungi (021) 6339523 pada hari dan jam kerja.

Karyawan sebagai Mitra Kerja


Jika kita bicara mengenai “customer”, sadarilah karyawan itu adalah “internal customer” yg perlu mendapatkan pelayanan terbaik jg
Karyawan yang puas, akan berusaha keras memuaskan pelanggan produk/jasa perusahaan
Bangunkah paradigma baru, perlakukan karyawn kita sebagai mitra kerja. Ada hubungan setara yang saling menguntungkan.
Belajarlah mempercayai karyawan kita, walaupun kemampuannya belum setara dengan kita.
Karyawan yang diberikan kepercayaan justru akan berusaha sebaik-baiknya meningkatkan kompetensi dan kinerjanya.
Berikan ruang kepada karyawan sebagai mitra kerja kita untuk menyampaikan idenya secara terbuka.
Pakailah ide karyawan/mitra kerja kita tersebut untuk meningkatkan sistem di usaha kita. Sehingga karyawan juga lebih betah, semangat menjalankan idenya sendiri dan kita juga dapat ide/ masukan yang brilliant tapi gratis.
Sebagai mitra kerja, karyawan berhak untuk terlibat dalam mencari terobosan ketika perusahan dalam situasi kritis.
Karyawan sebagai mitra kerja juga dilatih untuk berfikir sebagai seorang pengusaha. Mengelola efisiensi proses dan sistem di dalam area kerjanya.
Pengusaha perlu bertoleransi terhadap kebutuhan karyawan sebagai mitra kerjanya.
Ktk karyawan yg kt posisikan sebagai mitra kerja, mengambil keputusan dlm batas otoritasnya perlu dihargai walaupun hasilnya tdk sama dg cara kita.
Jangan overwrite /main potong otoritas dia sehingga dia seperti macan ompong di depan anak buahnya atau di depan departemen lain.
Jika karyawan butuh waktu kerja yang flexible karena dia ibu yang baru melahirkan, maka berokanlah toleransi waktu kerja yang juga tida merugikan perusahaan kita.
Rekan kerja, bawahan, atasan dan departemen lain selayaknya dilayani seperti melayani pelanggan.
Inilah konsep mitra kerja, dimana respon yang diberikan harus sama atau lebih baik dari standar yang kita janjikan ke pelanggan external.
Jika respon antar karyawan/bagian saja lambat, pasti respon akhir ke pelanggan external akan menjadi lebih lambat juga.
Pahamilah bahwa setiap insan manusia itu akan bersikap terhadap pekerjaannya sesuai kesan yang dia tangkap dari ajaran orang tuanya ketika dia masih kecil.

http://sdm4ukm.com/?p=152

SISTEM PEMBAGIAN UPAH DALAM UMKM (Usaha MIKRO KECIL DAN MENENGAH)


Berkaitan dengan pembahasan pada artikel sebelumnya, suatu usaha/bisnis tidak akan berjalan dengan baik dan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal apabila tenaga kerja sebagai salah satu komponen utama berjalannya perusahaan tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi dan penempatan tenaga kerja sesuai dengan kemampuannya serta kebutuhan yang ada didalam perusahaan. Seiring dengan tujuan usaha untuk mengharapkan keuntungan yang optimal, jangan lupa bahwa ada tenaga kerja/karyawan yang menghendaki gaji yang maksimal sebagai ganti tenaga dan pikiran yang sudah dicurahkan untuk perusahaan. Gaji haruslah mampu merangsang karyawan untuk mengerahkan segenap tenaga, pikiran, dan perhatiannya untuk keberhasilan perusahaan.
Gaji umumnya didasarkan pada tingkat upah umum yang berlaku di wilayah tersebut. Namun, masih banyak faktor lain yang dipertimbangkan dan menentukan besarnya gaj misalnya pendidikan, pengalaman kerja, risiko kerja, sifat pekerjaan, dan situasi ekonomi. Selanjutnya dipertimbangkan pula prestasi kerja dan produktivitas setiap karyawan. Oleh karena itu setiap usaha / perusahaan memiliki kebijakaan maing-masing mengenai sistem pengupahan karyawan yang dimilikinya.
Secara umum, ada tiga sistem upah yang dapat diterapkan pada UMKM, yaitu upah menurut waktu, upah menurut hasil, dan upah premi. Pembahasan detailnya sebagai berikut.


A. Upah menurut waktu
Sistem ini ditentukan berdasarkan waktu kerja, yaitu upah per jam, per hari, per minggu, atau per bulan. Dengan sistem ini, urusan pembayaran gaji lebih mudah. Namun kelemahan dari sistem pengupahan disini tidak ada perbedaan antara karyawan yang prestasi atau tidak, sehingga efek negatif yang mungkin timbul pada karyawan dorongan bekerja lebih baik tidak ada.
B. Upah menurut hasil
Sistem pengupahan menurut hasil ditentukan menurut jumlah hasil (produksi) atau pencapaian target yang diperoleh dari masing-masing karyawan. Karyawan yang rajin akan mendapat upah lebih tinggi, dan demikian sebaliknya. Kelemahan dari sistem ini, apabila tidak ada kontrol dengan ketat atas hasil produksi maka akan dihasilkan mutu barang yang rendah. Untuk itu, sebagai solusinya perlu dibuat standar mutu untuk menetapkan besarnva upah.
C. Upah premi
Upah premi dikenal dengan upah tambahan/bonus, yaitu upah yang diberikan kepada karyawan yang bekerja dengan baik atau menghasilkan lebih banyak dalam satuan waktu sama. Sisitem ini memacu karyawan untuk bekerja lebih optimal dan efisien.
Dari ketiga sisitem tersebut silahkan Anda pilih sistem mana yang paling tepat bagi usaha Anda!

Sumber : http://binaukm.com/2011/06/sistem-pembagian-upah-dalam-umkm-usaha-mikro-kecil-dan-menengah/

Sunday, March 4, 2012

Strategi Memikat SDM untuk UKM - Cara cari karyawan untuk Usaha kita


Bisnis Anda masih kecil, tidak keren ? kantor sangat sederhana dan bisnis proses masih perlu banyak penyempurnaan ? tapi Anda ingin bisa memperoleh karyawan yang bagus, loyal dan karyawan bekerja dengan semangat ? Bagaimana triknya ?
Itulah pertanyaan yang sering dikeluhkan oleh UKM. Tidak dipungkiri, sebagian besar UKM performa bisnisnya masih perlu banyak pembenahan.
Mulai dari kantor yang kurang representatif, misal di garasi atau masih menjadi satu dengan rumah ownernya. Performa kantor yang jauh dari profesional. Perlengkapan dan peralatan kantor yang masih banyak kekurangan. Kalaupun sudah menyewa ruko, kadang suasana ruang kerja masih perlu banyak sentuhan untuk lebih bisa tampil profesional dan nyaman untuk bekerja.
Lalu soal pembagian kerja, deskripsi kerja, yang kenyataannya sering tidak didefinisikan dengan jelas. Sering juga semua karyawan merangkap pekerjaan yang sama. Bicara SOP (Standard Operating Procedures), belum tentu pernah ada atau belum dibuat.
Masalah pelik juga soal gaji, tunjangan, bonus dan lainnya. UKM masih berat jika dipatok harus bisa memenuhi standar gaji UMK/UMP (Upah Minimum Kabupaten/Kota atau propinsi) yang setiap tahunnya naik.
Soal gaji sudah pasti ada hubungan erat dengan punishment and reward. Bagaimana bisa membikin ukuran-ukuran kerja untuk karyawan ? bagaimana sistem reward paling memungkinkan dan tepat untuk UKM ?
Maka, hadirlah dalam TDA Forum 9 Desember 2011 di TDA Center jam 16.00 s.d 21.00 selama kurang lebih 5 jam dibagi dalam 2 sesi.
Kami menampilkan pembicara Ibu Lita Mucharom pengelola www.SDM4UKM.com yang acapkali kita dengar kicauannya di twitter soal SDM untuk UKM dengan akun @litamucharom
3 Topik bahasan utamanya adalah :
Bagaimana agar UKM bisa memikat calon tenaga kerja dan bagaimana mempertahankannya ?
Bagaimana model perjanjian kerja, struktur gaji, bonus, tunjangan, dan lainnya yang paling memungkinkan bagi UKM ?
Bagaimana memberikan punishmen sesuai pembagian kerja dan bagaimana rewardnya ?
Sampai ketemu di TDA Forum Jumat 9 Desember 2011 di TDA Center.
Salam
Faif Yusuf
VP Business Re-education.
*source: tangandiatas.com

Cara Gila Jadi pegusaha - Purdie Candra Video

Hutang Itu Mulia - Fokus pada BISNIS, bukan pada HUTANG - Miming




Selama 3 hari kemarin, ntah berapakali saya mendengar kalimat itu diucapkan oleh Mentor EU yang juga Motivator Nasional Miming Pangarah. Selama 3 hari mendampingi mentor favorit tersebut memberikan seminar, membuat kalimat tersebut memiliki daya tarik sendiri bagi saya. Sebenarnya sejak awal mengenal mentor EU yang berjuluk “Raja Hutang” tersebut, saya sudah sangat paham dengan apa yang disampaikan beliau. Namun ternyata tidak demikian dengan banyak rekan EU yang lain yang ternyata malah berbalik fokus, bukan pada bisnis tapi pada hutang.

Meski tidak menyampaikan secara langsung, beliau sepertinya merasa khawatir dengan fenomena yang ada. Dimana banyak peserta EU yang berlomba-lomba untuk memperbesar hutang, dengan tidak memperhatikan bisnis dan back up berupa aset. Sehingga tidak heran jika kemudian beliau selalu mengingatkan agar kita fokus pada bisnis dan bukan pada hutang. Karena pada kenyataannya, setelah bertemu dan mengikuti mentoring mantan sales angkot tersebut, modal berupa uang adalah hal yang sangat mudah untuk di dapatkan.

Kemudahan ini ternyata justru sering menjadi boomerang bagi banyak orang, khususnya mereka yang baru merasakan nikmatnya mendapatkan uang dengan cara mudah. Kebanyakan kemudian cenderung lebih fokus pada bagaimana supaya bisa terus dan terus mendapatkan uang melalui cara berhutang tersebut, dan pada akhirnya tidak fokus pada bagaimana mengembangkan bisnis dan kemudian membuatnya mandiri. Tidak sedikit diantara mereka yang kemudian yang berlomba untuk memperbanyak usaha, dengan menggunakan uang pinjaman tersebut. Meski pada akhirnya berakhir dalam kondisi yang tidak menggembirakan, karena mereka tidak fokus pada setiap bisnis yang mereka buka. Hanya sekedar membuka, kemudian membiarkannya jalan sendiri.

Dalam setiap sharing dengan peserta di kelas, pak Miming selalu menegaskan perlunya kita untuk selalu fokus pada bisnis. Jika berkeinginan untuk membuka usaha lain, maka pastikan usaha kita yang sebelumnya sudah terlebih dahulu mampu mandiri. Hal ini diperlukan agar kemudian kita bisa fokus pada usaha yang akan kita buka selanjutnya.

Bagi yang ingin berusaha namun belum punya modal uang, pak Miming mengingatkan kembali tentang pentingnya memilih bisnis dengan prospek yang baik. Setidaknya, kita sudah memilki ide bisnis yang menurut kita brilyan dan memiliki kemungkinan untuk berkembang baik. Jika kita mengikuti dengan baik cerita beliau, kita pasti tahu apa yang akan terjadi jika kita gegabah mengambil pinjaman tanpa ide dan konsep bisnis yang jelas. Anda ingat cerita beliau ketika pertamakali mendapat ruko dari temannya? yang tanpa uang muka dan dibayar dengan salaman?

Bandingkan kemudian ketika berikutnya beliau mengajukan pinjama pertama, yang digunakan untuk mengembangkan bisnis yang memang sudah cukup lama beliau jalankan. Dua cerita tersebut sebenarnya bisa memberikan secara gamblang, rambu2 yang harus kita taati jika kita ingin mengajukan pinjaman. Bahwa dalam setiap usaha selalu ada resiko, itu sudah pasti. Dan dalam materi yang beliau sampaikan, kita pasti bisa menangkap saat2 dimana beliau harus menguatkan diri untuk tetap dijalur tersebut.

Perjalanan bisnis beliau yang luar biasa memberikan pelajaran bagi beliau pribadi yang akhirnya dibagikan pada semua orang, bahwa modal uang bukanlah kendala utama dalam memulai usaha. Tapi ternyata, keberanian bertindaklah yang tidak dimiliki oleh kebanyakan mereka yag ingin memulai usaha. Jadi, jika anda masih bersikeras bahwa modal uang adalah kendala utama untuk memulai dan mengembangkan usaha, ada baiknya anda bertemu dan berdiskusi dengan pria berjuluk Miming Motivator itu. Saya dan banyak teman sudah membuktikan kata2nya. Sekarang, saya hanya terngiang pesan beliau, FOKUSLAH PADA BISNIS BUKAN PADA HUTANG.

Cara kaya dengan Sedekah - Video Motivasi AaGym

Friday, March 2, 2012

Faktor Kali Dalam Bisnis adalah suatu yang harus Dilakukan


Sebuah artikel menarik menurut saya, ini yang membuka pengetahuan saya, bisnis saya tinggal dikalikan saja. saya bermimpi bisnis saya bisa menjadi sangat besar. tentunya diawali dengan mencari karyawan untuk menngerjakan rutinitas kerjaan di usaha saya. Saya tidak mau menjadi orang yang bekerja diusaha saya sepanjang hidup saya, saya harus bisa mendelegasikan ke orang lain, sehingga orang lain juga bisa punya penghasilan dengan bekerja di usaha saya.
Ini saya copykan artikel tentang faktor kali dalam bisnis.  semoga bermanfaat.
Mungkin anda sering bertanya-tanya, mengapa si A dalam waktu singkat usahanya berkembang begitu pesat? Atau si B dalam waktu singkat punya cabang begitu banyak? Jawabannya adalah karena faktor kali (multiplier effect).

Usaha yang lambat biasanya karena sistimnya masih menggunakan factor penjumlah misalnya 2 + 2 = 4, 4 + 4 = 8, 16 + 16 = 32. Ini juga bisa maju, tapi agak lebih lambat. Tapi bila Anda punya usaha yang memiliki faktor kali akan jadi seperti ini: 2 x 2 = 4, 4 x 4 = 16, 16 x 16 = 256. Jauh lebih besar hasilnya.

Usaha apa contohnya yang memiliki faktor kali? Semua usaha punya factor kali. Cuma jenisnya berbeda-beda. Misalnya usaha rumah makan, salah satu faktor kalinya adalah lokasi yang ramai. Lihat saja restoran McDonalds di Sarinah Thamrin menjadi 10 besar paling ramai di dunia karena faktor kalinya adalah lokasi yang strategis dan ramai.

Usaha eceran faktor kalinya adalah lokasi yang ramai dan banyaknya jumlah cabang. Usaha grosir faktor kalinya adalah pelanggannya yang membeli dalam jumlah banyak dan berulang-ulang.

Hanya itu? Masih banyak lagi. Misalnya publikasi, iklan, promosi, tenaga sales. Berikut ini uraiannya.

*Menggunakan Publikasi*

Ingat dengan ayam bakar Wong Solo? Restoran ini “meledak” omsetnya gara-gara seorang seorang wartawan menulis berita tentang usaha ayam bakar yang saat itu masih di kaki lima di kota Medan dengan judul “Sarjana Menjual Ayam Bakar”. Jadi tulisan di koran itu telah menjadi faktor kali. Memang pemiliknya Puspo Wardoyo pintar sekali memanfaatkan publikasi seperti mengadakan Poligami Awards, membuat menu Jus Poligami.

Contoh lain: jaringan bisnis MQ Corporation milik AA Gym dengan publikasi dari segi spiritual, The Body Shop dengan publikasi dari segi kepedulian lingkungan hidup, Moamar Emka dengan buku Jakarta Undercover, Dewi Lestari dengan buku Supernova.

*Menggunakan Iklan atau Promosi*

Baru-baru ini saya melihat langsung toko roti baru namanya BreadTalk di Mal Taman Anggrek. Saya saksikan pembelinya rela antri sampai hampir sepuluh meter untuk membeli roti yang katanya lebih enak itu. Kenapa bisa begitu ramai sementara toko roti lain di tempat yang sama tidak seramai itu? Karena faktor kali dari iklan dan promosi di Metro TV dengan menggunakan para artis ternama. Iklan tersebut menggugah rasa ingin tahu penonton untuk mencobanya.

Contoh lain: DRTV.

*Menggunakan Tenaga Pemasaran/Sales*

Anda tahu jaringan toko kredit Columbia? Kebetulan saya sendiri kenal dengan pemiliknya, Bapak Leo Chandra. Katanya, tahun lalu omsetnya mencapai Rp. 1,2 trilyun. Apa kiatnya? Dia tidak menggunakan iklan atau membuka outlet di lokasi yang ramai dan strategis. Tapi dia menggunakan 20.000 tenaga sales di seluruh Indonesia.

Toko-toko sepatu di PIK Pulo Gadung juga menerapkan hal serupa, yaitu dengan menggunakan tenaga pemasar lepas (freelance) yang dibekali dengan brosur dan katalog gambar produk. Jadi, para pembeli tinggal memilih melalui katalog tersebut.

Contoh lain: perusahaan network marketing/MLM, kartu kredit Citibank, bahkan partai seperti Partai Keadilan Sejahtera juga menggunakan strategi pemasaran langsung (direct selling). Saat dalam Pemilu 1999 dengan 15.000 kader yang mentargetkan 1 orang menggaet 20 orang pemilih, partai ini berhasil mendapat 1.4 juta suara. Saat ini dengan sistim pendekatan yang sama telah terkumpul 400.000 kader. Berapa nanti perolehan suaranya di tahun 2004 bila 1 orang kader menggaet 20 pemilih?

*Menggunakan Tokoh atau Model*

Baterai ABC menguasai 90% lebih pangsa pasar baterai di Indonesia. Saat saya berkunjung ke pabriknya di Daan Mogot bulan Desember tahun lalu, Ibu Herlili Sumampouw, manajer periklanannya membuka rahasia bahwa salah satu faktor kalinya adalah dengan menggunakan orang-orang cebol dan petinju Evander Holyfield. Mereka menggunakan orang-orang cebol sejak tahun 70-an yang disuruh menari-nari di arena Pekan Raya Jakarta. Hasilnya, omset penjualan baterai ABC naik seperti roket, katanya.

Begitu juga saat memperkenalkan Baterai ABC Alkaline, tadinya ABC tidak dikenal sebagai produsen baterai alkaline sebelum menggunakan model iklan petinju kelas berat Evander Holyfield. Seorang model atau tokoh memiliki banyak penggemar, inilah faktor kalinya.

*Membuka Cabang Sebanyak Mungkin*

Untuk usaha eceran/retail, inilah faktor kalinya. Alfa Mart adala contohnya. alam waktu singkat bisa menyamai jumlah cabang Indomaret yang sudah lebih lama di bisnis ini. Dengan agresif mereka terus membuka cabang dengan cara waralaba yang lebih fleksibel daripada Indomaret. Caranya, bila si calon partner itu hanya punya lahan dan bangunan tanpa modal kerja, Alfamart siap mengisi barang. Faktor kali untuk usaha eceran tidak hanya itu, bisa juga dengan cara menitipkan barang di outlet-outlet.

*Menjual Secara Grosir*

Untuk usaha grosir, faktor kalinya tidak perlu dengan membuka banyak toko. Tapi dengan mencari banyak pedagang yang membeli dalam jumlah banyak secara berulang-ulang. Ini bisa dilihat di toko-toko di Tanah Abang, Pasar Anyar Bogor atau Cipulir. Rata-rata mereka memiliki pelanggan tetap yang secara rutin berbelanja.

Misalnya satu toko memiliki 20 pelanggan yang rata-rata berbelanja Rp. 2 juta per bulan, total per tahun menjadi Rp. 480 juta. Usaha grosir ini akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan usaha para pedagang langganan tersebut dan bertambahnya pelanggan baru. Adakah para pelanggan yang memiliki lebih dari satu toko? Tentunya ada, bahkan ada yang
memiliki 10 toko. Inilah faktor kalinya.

*Menggunakan Internet*

Jeff Bezos adalah salah orang terkaya di Amerika saat ini. Dia meraihnya dalam waktu kurang dari 10 tahun. Dia adalah pendiri situs belanja buku di internet Amazon.com yang menjual buku secara online kepada para pelanggan di seluruh dunia. Dalam waktu singkat Amazon telah mengalahkan toko buku terbesar di Amerika yang sudah berdiri puluhan tahun, Barnes and Noble. Saya pribadi juga telah menggunakan media ini sejak September tahun lalu.

Hasilnya di luar dugaan. Dalam waktu 3 bulan pengunjung yang datang diwebsite sudah hampir 1.000 orang dengan omset yang lumayan. Bahkan telah berhasil mendapatkan agen/distributor di beberapa daerah di Indonesia. Apa faktor kalinya? Karena saya berkawan dengan Mr. Tung Desem Waringin, seorang pembicara seminar yang telah berbicara di hadapan lebih dari 60.000 orang dan siaran talk show di radio Smart FM yang mempunyai jaringan di 7 kota di Indonesia.

Di setiap kesempatan dia selalu menyebutkan alamat situs internet kami. Di samping itu, internet diakses oleh orang di seluruh dunia, tanpa batas wilayah dan waktu. Perkembangan bisnis di internet ini patut kita antisipasi. Peluangnya sangat, sangat, sangat besar.

*Apakah faktor kali hanya untuk bisnis saja?*

Tidak. Penggunaan faktor kali tidak melulu untuk tujuan bisnis saja. Seorang dosen yang biasanya hanya bisa berbicara di depan mahasiswa bisa menggunakan media lain untuk meraih audiens yang lebih besar. Misalnya dengan menulis buku, mengadakan seminar, membuat kaset/CD, membuat situs internet, siaran di TV atau radio. Contohnya adalah Rhenald Kasali, Roy Sembel (dosen, ahli keuangan). Seorang atlit yang sebelumnya adalah atlit lokal bisa meningkatkan faktor kalinya dengan mengikuti pertandingan dengan skala nasional atau internasional. Seorang da’i seperti Aa Gym paling ahli memanfaatkan faktor kali ini. Dia membuat faktor kali melalui tabloid,radio, televisi, internet, buku, VCD dan lain-lain. Inul Daratista menjadi begitu fenomenal setelah tampil di televisi. Padahal sebelumnya dia hanya bernyanyi dari kampung ke kampung.

*Kesimpulan*

Dari beberapa contoh di atas, intinya adalah bagaimana dalam meningkatkan usaha kita selalu mencari faktor kali. Sekali lagi FAKTOR KALI. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi inspirasi bagi anda. Mohon maaf, bukan saya ingin menggurui, tapi ingin berbagi ilmu dan pengalaman yang tentu saja banyak kekurangannya. Mudah-mudahan tulisan ringan ini ada manfaatnya.

--
Wassalam,

Badroni Yuzirman, TDA 0000001-0106
www.manetvision.com

Sumber : http://tangandiatas.com/?ar_id=MzM2

Cara mudah mencari karyawan untuk usaha kita

Kalau usaha ingin berhasil, semua jangan kita pegang sendiri. tugas-tugas rutin harus bisa kita delegasikan ke orang lain atau karyawan kita. Karena jika kita semua kita pegang sendiri,akibatnya kita bukan jadi pengusaha,tetapi orang yang bekerja di usaha kita sendiri, seperti yang ditulis di artikel  Perhatian Punya Usaha Belum Tentu Pengusaha . Ini saya copykan artikel menarik yang saya copy dari posting  Susah cari karyawan??? Kok saya mudah ya… berikut ini artikelnya. semoga bermanfaat untuk kita semua:


- Susah cari karyawan yang baik. Besok gw akan pecat karyawan gw yang sekarang Man.
+ Cari karyawan yang baik emang susah bro, makanya gw gak pernah nyari yang baik.

- Trus asal aja gitu…, yang penting bisa kerja?
+ Ya gak gitu juga Din. Nih ya, klo mo cari karyawan yang bisa mengerjakan semua yang kita mau, memang susah buanget Din. Makanya klo gw mendingan cari karyawan yang bisa ngikutin standard kerja yang udah gw buat.

- Standard kerja apaan?
+ Nih contohnya… karyawan lo suka senyum gak didepan pelanggan?

- Nah bener…dia gak suka senyum, itu salah satu alasan gw mo mecat dia.
+ Oke…, klo gw… masalah keharusan tersenyum kepada pelanggan sudah gw tuliskan dalam buku standar kerja (SOP, red), gw latih karyawan gw untuk tersenyum, sampe dia tau kapan saat-saat penting untuk tersenyum. Trus ditembok toko gw ada tulisan besar “Senyum adalah budaya kami”, dan terakhir di meja kasir ada tulisan “Bila karyawan kami tidak tersenyum dan mengucapkan terima kasih, GRATIS 1 btl softdrink merk apa saja untuk anda”.

- Trus ada yang pernah minta softdrink gratisnya?
+ Belum pernah ada Din. Gw rasa karena orang Indonesia terlalu segan untuk itu. Tapi efeknya dikaryawan gw, mereka mematuhi peraturan itu Din, dan mau belajar untuk tersenyum.

- Pernah ada gak karyawan loe yang tetep susah senyum?
+ Ada, dan bahkan pernah ada yang gw pecat. Bukan karena dia gak senyum, tetapi karena skor penampilannya rendah Din. Tiap peraturan yang gw buat selalu ada skornya. Skor masing-masing karyawan akan direkap tiap bulannya. Karyawan dengan skor tertinggi akan dapat bonus, dan karyawan dengan skor terendah bila dibawah batas skor terendah akan mendapat peringatan. Kalau dia ulangi lagi bulan berikutnya, yah apa boleh buat, terpaksa gw keluarkan.

- Akan jadi ribet gak sih Man, dengan semua skor penilaian itu?
+ Awalnya mungkin ribet Din, tapi klo loe sungguh-sungguh dengan usaha loe, dan bermimpi untuk punya banyak cabang, loe harus siapkan standar kerja ini. Bayangkan klo loe harus mencari karyawan yang baik, untuk ke 20 cabang toko loe Din, lebih ribet gak?

- Dan dengan standar kerja ini gw gak perlu takut lagi gonta-ganti karyawan ya Man. Karena semuanya tinggal mengikuti aturan yang udah gw tulis kan?
+ Betul banget Din.

- Satu lagi Man, berapa lama lo menyiapkan standar kerja ini Man?
+ Sekitar 1 bulan Din, karena untuk membuatnya gw harus benar-benar mengikuti seluruh proses kerja di toko gw setiap harinya Din. Tapi untuk bisnis yang akan berjalan hingga tahun-tahun mendatang, dan punya banyak cabang, worthed-lah.

Ada artikel lain yang menurut saya menarik:
Dorong peningkatan bisnis anda dengan “Total Surrender”

Tahukah teman-teman kalau “Total Surrender” atau penyerahan diri secara total merupakan cara ampuh untuk keluar dari masalah apapun yang teman-teman sedang hadapi? Meskipun teman-teman merasa sudah putus asa karenanya?

Di New York, teknik “total surrender” ini dikembangkan oleh Lester Levenson pada tahun 1952, dan dikenal dengan Sedona Method. Hingga saat ini Sedona Method masih diaplikasikan oleh ribuan orang bermasalah untuk mendapatkan jalan keluar dari masalahnya.

Lester mengatakan bahwa Sedona Method adalah upaya untuk melepaskan semua kenangan negatif, perasaan negatif dan dorongan-dorongan negatif pada seseorang, dan mengikhlaskannya, serta tidak berupaya untuk mengendalikan masa depan.

Pada tahun 2005, Joe Vitale seorang Hypnotic Marketer – merumuskan “Attractor Factor”  yaitu 5 langkah untuk menarik apapun yang anda inginkan dalam hidup anda – menempatkan “Total Surrender” ini dalam langkahnya yang kelima, yaitu “Let go as you act on your intuitive impulses, and allow the results to manifest”.

Joe menyatakan bahwa langkah ke 5 ini merupakan langkah terpenting yang harus dilalui bila seseorang ingin mendapatkan apapun yang ia inginkan, yaitu memasrahkan semua yang akan terjadi dimasa datang, justru akan semakin menguatkan terealisasinya impian kita dimasa datang.

Nabi Ibrahim as mengaplikasikan “Total Surrender” ini dengan kalimatnya “Hasbunallahu wa nima Al-Wakiil”, yang artinya Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung, yang akhirnya Allah jadikan api menjadi dingin bagi Nabi Ibrahim as.

Seorang teman bercerita kepada saya bahwa ia telah mempersiapkan tempat untuk usaha barunya warung bakso. Namun ia belum mendapatkan resep yang pas untuk membuat baksonya. Ia pun berniat membeli bakso untuknya jualan kepada seorang tukang bakso yang memang telah dikenalnya sejak lama, dan rasa baksonya memang telah diakui keunggulannya.

Namun kata sepakat belum juga tercapai. Teman saya inipun kembali berusaha membuat sendiri baksonya, tapi gagal lagi…gagal lagi. Kehabisan modal dan merasa lelah dengan seluruh upayanya, iapun pasrah dan memberanikan diri untuk menelepon tukang bakso kenalannya itu. Inilah percakapan yang terjadi diantara mereka:

Teman saya: “Halo bos, sepertinya harga baksonya gak masuk bos (kemahalan, red)”
Tukang bakso: “Oh gitu, ya udah gak pa-pa”
Teman saya: “Bos, kalo saya beli resepnya kira-kira berapa bos?”
Tukang bakso: “Hahaha…gak usah beli, sampean belajar aja kesini”
Teman saya: “Hah?! bener nih bos?”
Tukang bakso: “Bener… (percakapan pun berlanjut)

Teman saya begitu bersyukur atas rezeki yang tidak diduga-duga itu.

Ada 2 hal yang menyebabkan “Total Surrender” ini dapat bekerja pada diri anda. Yang pertama adalah harus adanya ikhtiar atau usaha, untuk mewujudkan apa keinginan anda. Hal ini berkaitan dengan kerja fisik anda. Dan pada saat yang sama, faktor kedua ini harus terjadi pada hati anda juga. Yaitu penyerahan diri secara total atas apa yang akan terjadi kemudian, sebagai hasil dari kerja anda. Bagi seorang muslim, penyerahan diri terbaik adalah kepada Allah SWT.

Jangan berusaha mengintervensi masa lalu, dengan mencari pembenaran atas kesalahan yang anda buat dimasa lalu, atau terus menyesali perbuatan anda dimasa lalu. Dan jangan berusaha mengintervensi masa depan, dengan berharap terlalu berlebihan, ataupun bertindak seolah-olah keberhasilan itu telah terjadi pada diri anda.

Yang perlu anda kembangkan adalah sikap positif atas kerja maksimal yang telah anda lakukan saat ini. Sebagai penutup, inilah janji kesuksesan yang Allah berikan kepada orang-orang yang bertawakal, bahwa kesuksesan itu sangat dekat, dan hanya dalam durasi dari pagi hingga sore:

Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).


Karyawan anda telat? ini cara saya menghukumnya…

Ketika saya melewati salah satu kios sembako yang saya miliki, saya melihat kios tersebut masih tutup. Padahal seharusnya kios tersebut telah buka sejak jam 6 pagi. Namun sekarang sudah jam setengah 8 pagi.

Ini bukan kejadian yang pertama. Sebelumnya, saya selalu memberi nasehat setiap kali kios terlambat dibuka. Saya tekankan pentingnya komitmen waktu bagi pelanggan, standar kerja yang kami miliki, hingga peringatan keras yang saya berikan. Tapi kali ini sepertinya harus ada tindakan tegas atas terulangnya kesalahan yang sama.

+ Dri, kamu tahu klo pagi itu banyak pelanggan yang datang kan?
- Iya bang.

+ Kamu tahu berapa kerugian yang kita dapat karena kamu telat buka?
- Maaf bang, abis tadi ngantuk banget.

+ Kamu tahu kan klo kita semua disini gajian ya mengandalkan keuntungan dari kios??? temasuk kamu?

+ Coba kamu hitung Dri, berapa potensi kita kehilangan uang perjamnya. Berapa pemasukan perharinya?
- 2 sampai 5 juta bang.

+ Saya ambil rata2nya, 3 juta. Coba kamu bagi dengan 16 jam kerja, sama dengan?
- 187.500 bang.

+ Coba kamu kalikan dengan 5 % saja. Saya anggap keuntungan kita cuma 5 %. Sama dengan?
- 9.375 bang.

+ Oke, jadi kalau kamu telat buka hingga 1 jam, maka kita berpotensi kehilangan keuntungan sebesar 9 ribuan. Hari ini kamu telat buka 1,5 jam. Sehingga potensi kehilangannya menjadi sebesar… 1,5 dikali 9 ribu sama dengan 13.500.

+ Jadi hari ini uang makan kamu saya potong 10.000, dan uang makan Udin sebagai kepala kios saya potong 3.500. Peraturan ini berlaku mulai hari ini. Kamu paham Dri?
- Iya bang.



Bisnis anda bergerak turun…kenapa?

Awalnya bisnis anda bergerak dengan cepat. Namun ketika anda telah memiliki orang-orang dibawah anda, pergerakan bisnis anda mulai melambat, bahkan cenderung turun. Anda tidak mengetahui dimana kesalahannya, hingga akhirnya anda pun bangkrut.

Hal ini sering dialami oleh bisnis yang awalnya sukses, namun ketika karyawan bertambah banyak malah menjadi menurun. Atau bagi rekan2 yang bergerak dibisnis MLM, Asuransi, Agen Properti, dan yang sejenis dengannya.

Ini yang terjadi…ketika bisnis anda jalankan sendiri, pelanggan menyukainya, dan bisnis anda pun berkibar. Namun dengan bertambahnya pelanggan, maka aktifitas penjualan pun tidak dapat anda lakukan sendiri. Anda mulai merekrut anak buah atau tim member. Yang terjadi, anda malah semakin sibuk dan bisnis pun semakin berantakan. KEnapa???

Brad Sugars mengajarkan siklus bisnis seperti ini: Anda mengelola tim anda – tim anda mengelola bisnis anda – dan akhirnya bisnis anda menghasilkan uang untuk anda.

Artinya, ketika bisnis anda sudah dijalankan oleh karyawan atau tim, maka bisnis anda tidak bisa lagi menghasilkan uang untuk anda bila anda tidak mengelola tim anda dengan baik. Bila anda mengelola tim anda dengan baik, maka tim anda mampu mengelola bisnis anda dengan baik, yang akhirnya bisnis anda akan menghasilkan uang untuk anda. Sampai disini anda bisa paham?

Ini yang terjadi bila anda tidak mengelola tim anda dgn baik:

karyawan anda selalu bertanya kepada anda hingga hal-hal sepele sekalipun, sehingga membuat anda stress.
Anda sering mengerjakan pekerjaan karyawan anda.
Anda masuk kerja paling pagi dan pulang paling malam.
Anda sering harus bekerja lebih memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan anda.
Ini yang anda alami???

Karena itu, mulailah luangkan waktu anda untuk mengelola karyawan anda, membuatkan sistem yang baku untuk mereka ikuti, dan membuat pelatihan-pelatihan untuk karyawan anda.

Tidak apa-apa bila anda harus berinvestasi lebih untuk peningkatan kualitas karyawan anda, karena pada akhirnya bisnis anda yang akan membayar kembali untuk anda.

K: – Bos, uang di kas kita semakin menipis nih, karena kemarin banyak keluar untuk perbaikan toko.
B: – Yah, namanya musibah Dri, api klo udah nyala memang gak pandang bulu.

K: – Soalnya kita harus belanja barang lagi nih bos, pasti gak akan cukup untuk 3 hari kedepan.
B: – Oke Dri, klo gitu kamu simak dan catat ini ya…

B: – Kamu inventaris produk yang putarannya lambat, hampir expired, atau yang ada cacatnya, kemudian kamu buat paket diskon, atau banting harga, atau bonus pembelian menggunakan barang-barang itu. Tujuannya, agar dalam 3 hari ini kita bisa mendapat pemasukan cepat untuk belanja barang lagi.

Kemudian, karena telor diwarung kita ini yang paling laku, coba kamu jual dengan penawaran yang sensasional, sehingga putarannya semakin tinggi. Kamu saya kasih target sekarang harus laku 3 peti telor perhari. Goalsnya agar pelanggan banyak yang datang ke warung kita.

Kemudian kamu susun produk-produk yang putarannya cepat dan banyak stoknya, dekat dengan tempat telor. Dan setiap pelanggan yang belanja kamu tawari produk ini.

Saya sendiri akan coba mengusahakan tambahan modal dari pinjaman ke BMT.

Kemudian coba kamu buka lagi strategi “5 Ways to Increase Your Business Profit” dan buatkan strateginya semampu kamu, saya minta laporannya nanti sore.

K: – Oke bos, insya Allah kita bangkit lagi.

Saya punya mimpi untuk memiliki jaringan ritel kebutuhan rumah tangga terbesar di Indonesia. Langkah awalnya sekitar 6 bulan yang lalu saya telah membeli sebuah usaha warung sembako yang telah berjalan sekitar 5 tahun.

Banyak hal yang telah saya pelajari dengan CEPAT karena melakukan hal ini. Dan salah satunya adalah, bagaimana menemukan bisnis yang sedang turun namun memiliki potensi berkembang dengan pengelolaan yang tepat.

Alhamdulillah, setelah 6 bulan berjalan, usaha warung sembako itu telah memiliki 1 cabang baru warung sembako juga, yang berjarak sekitar 1 km dari warung utama, serta telah membuka warnet (warung internet) 10 PC, yang ruangannya saya manfaatkan dari ruangan di warung utama yang dahulu dijadikan gudang.

Pasti anda bertanya bagaimana caranya kan?

Rahasianya sederhana, intinya adalah saya harus tetap membuat cashflow atau aliran uang saya bernilai positif setiap waktunya. Tetap mendapatkan keuntungan setiap bulannya walaupun sedikit, adalah kunci utamanya.

Dengan track record seperti itu maka supplier akan mempercayai saya, bank akan mempercayai saya, dan investor akan mempercayai saya. Bila mereka bisa mempercayai saya, maka saya dapat mengembangkan bisnis saya sebesar apapun yang saya mau.

Lalu bagaimana mempertahankan cashflow agar selalu positif, atau menguntungkan setiap bulannya, sedangkan bisnis baru saja berjalan?

Bukankah Pendapatan – Biaya = Laba, maka untuk memperbesar laba saya harus memperbesar pendapatan dan menekan biaya operasional? Terus terang saja, bila hal ini yang juga anda pikirkan untuk menghasilkan laba lebih, maka anda masih memiliki paradigma lama dalam mengejar laba.

Sedangkan yang saya lakukan hingga bisa mendorong pengembangan warung saya dari hanya 1 warung menjadi 2 warung ditambah 1 warnet hanya dalam waktu 6 bulan adalah seperti yang pernah Coach saya ajarkan kepada saya, yaitu formula “5 Ways to Increase Your Business Profit.”

Dan saya telah buatkan satu tulisan lengkap tentang formula ini, ditambah “5 Ways Calculator” didalamnya untuk menghitung peningkatan Laba bisnis anda, semuanya gratis. Silahkan download tulisan ini melalui form yang telah saya siapkan di sidebar kanan.

Hari ini saya sudah MATI… Detik demi detik yang dilewati tidak berbeda dengan kemarin. Tahu bahwa tidak ada yang bisa dilakukan lagi untuk mengubah hidup ini menjadi lebih baik, telah membuat seluruh urat syaraf ditubuh ini telah mati.

Hidup telah memukul saya dengan amat kerasnya. Saya ingin memukul balik, tetapi kepada siapa???

“Coach, apa yang harus saya lakukan?”
+ “Anda ingin pertanyaan yang lebih baik dari apa yang sudah anda ajukan tadi?”

“Mau coach, apakah itu?”
+ “Mengapa anda melakukan apa yang anda lakukan saat ini?”

“Untuk mendapatkan uang coach, agar saya bisa membiayai seluruh pengeluaran saya dan keluarga.”
+ “Apakah dengan uang itu anda menjadi lebih baik? Apakah dengan uang itu anda menjadi memiliki waktu lebih untuk keluarga anda? Apakah dengan uang itu anda menjadi lebih sehat dan bahagia?”

“Tidak coach, untuk semua pertanyaan anda.”
+ “Kalau begitu, mengapa anda tetap melakukan apa yang anda lakukan saat ini?”

“Saya tidak punya pilihan coach, hanya keahlian ini yang saya tahu.”
+ “Kalau begitu adanya, maka percuma saya berbicara dengan anda! karena anda tidak akan bisa mempelajari apapun dari pembicaraan ini.”

“Maksud saya tidak seperti itu coach, saya bisa memahami apa yang anda katakan…”
+ “Cukup pak! Anda hanya mau belajar, tetapi tidak mau untuk bertindak. Anda tidak mau berubah, atau tidak punya keberanian untuk berubah. Pembicaraan ini cukup sampai disini, dan anda hanya boleh kembali kesini bila anda siap untuk berubah.“

Bisnis Waralaba – Mengapa Susah Mencari Karyawan?

Bisnis waralaba adalah bisnis yang selalu berkembang, terutama dari sisi kepegawaiannya. Karena para pelaku bisnis waralaba akan selalu menambah jumlah karyawan sejalan dengan bertambahnya franchisee.
Beberapa waktu lalu saya pernah membahas mengenai MITOS, katanya Kalau mau jadi Pengusaha harus gila …  ada lagi mitos ajaib yang menarik, khususnya bagi pebisnis waralaba yang sedang CARI KARYAWAN. Yang sering saya dengar, katanya cari karyawan susah. Apakah anda juga percaya dengan mitos ini?
Mari kita buktikan apakah CARI KARYAWAN SUSAH ini MITOS atau KENYATAAN…
Global Employment Trends for Youth dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan jumlah pemuda menganggur sepanjang satu dekade, 1995-2005, meningkat 15% menjadi 85 juta orang. Konon, peningkatan itu dipacu oleh pertumbuhan populasi penghuni dunia usia 15 tahun-24 tahun yang tidak imbang dengan perluasan lapangan pekerjaan.
Bisnis waralaba membutuhkan mereka yang termasuk salah satu kelompok masyarakat yang terbilang paling produktif, bertumbuh 13% namun serapan tenaga kerja kaum muda ternyata hanya meningkat 3,8%. Coba bayangkan!
Peningkatan tertinggi pengangguran orang muda terjadi di Asia Tenggara, sekitar 85%. Di Indonesia, jumlah penganggur terbuka juga terus meluas meski pada 2005 sempat turun tipis menjadi 10,22 juta jiwa.
Tahun ini, jumlah angkatan kerja baru diprediksi mencapai 2,01 juta jiwa, naik ketimbang tahun lalu 1,98 juta jiwa. Pemuda menganggur di Indonesia juga terus bertambah. Bila pada 2004 baru 10,25 juta, setahun berikutnya mencapai 10,85 juta. Demikian juga jumlah sarjana menganggur, yang tahun berikutnya tercatat 385.418 jiwa. Sumber www.bisnis.com . Sebenarnya, bisnis waralaba bisa memanfaatkan tingkat pengangguran yang cukup tinggi ini.
Kenyataannya di bisnis waralaba bukan susah cari karyawan tapi banyak orang yang belum tahu cara mencari karyawan yang tepat. Mencari karyawan tidak susah, KALAU TAHU CARANYA … coba bayangkan saat anda pertama kali memulai bisnis.. seperti apa strategi rekrutmen anda?
Kita ajak istri, anak, anak tetangga yang lagi nganggur, paman yang baru di PHK, sepupu yang baru pulang dari luar negeri, teman sekolah, mungkin baby sitter anda juga bisa jadi karyawan. Apa permasalahan dengan rekrutmen cara seperti ini?
Tidak semua memiliki kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan perusahaan
Sulit dipecat, bahkan lebih galak daripada karyawan karena tidak merasa menjadi karyawan
Sungkan menegur
Tidak ada budaya kerja yang produktif
Bisnis waralaba salah satu client saya merekrut adik, kakak, tante, oom, kakek, Aa, teteh dan sebagainya, mengapa?  Kelihatannya, kedengarannya, rasanya … kalau saudara sendiri pasti bisa dipercaya.. Masalahnya, keluarga ada batasnya, bahkan sudah tidak di produksi lagi. Maka kita harus cari dari luar, problem utamanya: Para pengusaha bisnis waralaba ini tidak pernah belajar cara merekrut dengan benar.  Nah, banyak strategi rekrutmen yang cespleng, top, mudah … Saya mengajarkan pengusaha cara yang sederhana, detil dan menyenangkan. CARI KARYAWAN SUSAH, hanya mitos, bukan kenyataan.

Perhatian Punya Usaha Belum Tentu Pebisnis


Karena sekarang saya punya usaha dan ingin berkembang, saya cari-cari artikel tentang wirausaha dan juga membaca buku tentang usaha. Artikel dari posting di om jamilazzain  yang menurut saya mengingatkan kembali saya,apakah saya ini seorang pengusaha atau hanya pekerja yang bekerja di usaha sendiri. berikut ini saya copykan artikel beliaunya. semoga bermanfaat bagi kita semua.
Ada banyak orang setelah ikut seminar atau training wirausaha akhirnya memutuskan resign (keluar) dari kantornya.  Alasannya beragam, “Saya mau jadi pengusaha. Saya ingin bebas mengatur waktu. Saya ingin punya penghasilan yang lebih besar. Saya ingin bisa lebih dekat dengan keluarga.”
Setelah mereka menjalankan bisnis, apakah keinginannya itu terwujud? Tentu ada yang terwujud, ada pula yang tidak. Bahkan tidak sedikit yang kualitas kehidupannya semakin menurun setelah “berbisnis”. Banyak pula yang terjebak pada kesibukan operasional bisnisnya, hutang bertumpuk dan keharmonisan keluargapun terganggu.
Mengapa itu terjadi? Menurut saya karena ada yang salah memahami makna bisnis atau berwirausaha. Ada yang beranggapan bila mau bisnis harus memiliki keterampilan atau keahlian dalam bidang tertentu. Bisnis diartikan sempit sebagai “keahlian atau keterampilan”. Akhirnya, mereka yang merasa ahli masak kemudian mendirikan restoran. Ia yang memasak, ia pula kokinya. Bila ini terjadi Anda bukan pengusaha, Anda hanya pekerja yang bekerja di usaha Anda sendiri.
Pebisnis  itu yang utama adalah mindset dan mental, bukan keterampilan. Memang akan lebih baik bila Anda menguasai keterampilan. Tetapi, tidak baik bila  Anda terjebak dalam pekerjaan-pekerjaan teknis yang rutin. Waktu dan energi Anda harusnya digunakan lebih banyak untuk mengembangkan bisnis, bukan urusan teknis.
Seorang pebisnis visioner akan menyiapkan SDM (sumber daya manusia) dan juga sistemnya. Seorang pebisnis punya target “kapan bisnis Anda tetap jalan ketika Anda tinggal jalan-jalan”. Bila Anda tidak begitu, berarti Anda sebenarnya bukan pebisnis walau Anda punya usaha.
Saya punya sahabat bernama Mursida Rambe yang mendirikan Baitul Maal wat Tamwil (BMT), sejenis koperasi simpan pinjam yang beroperasi secara syariah. Saat awal mendirikan BMT memang ia ikut terjun ke pasar-pasar tradisional dan melakukan hal-hal yang sifatnya operasional. Namun itu tidak berlangsung lama. Energi dan waktunya lebih banyak dicurahkan untuk membina SDM dan membangun sistem.
Hasilnya? Usaha yang pada tahun 1994 hanya bermodal satu juta rupiah, kini beraset lebih dari Rp 60 milyar. Saya yakin BMT Beringharjo Yogyakarta yang dipimpin Mursida Rambe tidak akan berkembang seperti saat ini bila perempuan ini hanya sibuk mengurusi teknis operasional. Mursida Rambe di mata saya adalah seorang pebisnis sejati.
Apakah Anda sudah menjadi pebisnis? Atau hanya merasa menjadi pebisnis?
petikan pada artikel lainnya:
Bila Anda pebisnis, cobalah sekali-kali Anda berada pada posisi pelanggan Anda. Apakah layanan perusahaan Anda kepada pelanggan sudah memuaskan? Apakah pelanggan memperoleh banyak manfaat setelah menggunakan jasa Anda? Sebagai pelanggan layanan seperti apa yang Anda harapkan?

Sesekali Anda perlu melihat diri Anda dari sisi luar agar Anda bisa introspeksi, bisa meningkatkan rasa syukur dan tidak mudah mengeluh. Dengan cara itu, Anda juga akan belajar menyadari betapa kecilnya diri Anda bila dibandingkan dengan sekitar dan kemudian segera berbenah dan bertumbuh. Cobalah segera pandang diri Anda dari sisi luar Anda.


Keluarkan Tanganmu Dari Saku


Saat berlibur ke tempat yang dingin dan kemudian ingin menghangatkan badan, apa yang akan Anda lakukan? Salah satunya bisa degan cara membakar kayu di perapian. Apakah hangatnya akan langsung Anda dapatkan dengan hanya berkata, “Ayo perapian, berikan aku kehangatan nanti akan saya beri kayu bakar!” Tentu tidak. Anda harus “memberi” perapian kayu bakar terlebih dahulu baru kemudian Anda akan memperoleh kehangatan.
Begitu pula dalam kehidupan, Anda akan memperoleh “kehangatan” dari alam berupa kebahagiaan, rasa hormat dan keberungungan hidup bila Anda sudah memberi sesuatu untuk dunia. Jika tangan Anda selalu tersimpan di dalam saku, Anda tidak akan pernah bisa berjabat tangan dengan orang lain.. Anda tak akan pernah bisa memeluk dan membelai orang-orang yang Anda cintai.
Keluarkanlah tangan Anda dari dalam saku. Gunakanlah tangan Anda untuk memberi, membelai, menyentuh dan melakukan hal-hal yang memberi manfaat untuk diri Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Berikanlah tanpa syarat. Seperti halnya alam yang selalu memberi apapun kepada kita tanpa syarat. Setiap hari kita mendapat sinar matahati tanpa syarat, setiap hari kita menghirup oksigen tanpa syarat!
Berikanlah yang terbaik tanpa syarat. Saya pernah membaca sebuah cerita dari sebuah buku pada tahun 2004. Didalam buku itu diceritakan tentang seorang tukang yang ahli membuat rumah. Karena sudah puluhan tahun dia membuat rumah dan merasa jenuh akhirnya ia mengajukan pensiun dini kepada pimpinannya. Tentu pimpinannya agak keberatan karena tukang ini salah satu karyawan terbaiknya.
Karena keinginan pensiunnya sudah begitu kuat akhirnya permohonan itu disetujui dengan satu syarat, “Tolong buatkan satu rumah terbaik sebelum kamu pensiun.” Tukang itu menyetujui permintaan bosnya. Namun ia mengerjakannya dengan ogah-ogahan dan asal-asalan, bahan-bahan yang dipilih juga bukan bahan yang terbaik.
Setelah rumah itu selesai maka tukang ini menghadap bosnya, “Pak, rumah sudah selesai saya buat, ini kunci rumahnya.” Setelah menerima kunci itu, bosnya berkata, “Selama ini kamu bekerja sangat baik dan saya sangat puas.  Sebagai kenang-kenangan saya berikan rumah ini kepadamu, semoga rumah yang kau buat menjadi tempat tinggal terbaik buatmu.”
Apa yang kita buat dan lakukan, itulah yang akan kita dapatkan..

Mental Wirausaha


Banyak orang merasa sudah memiliki mental wirausaha saat mereka sudah memiliki usaha atau menjalankan bisnis sendiri. Padahal mental wirausaha tidak selalu berhubungan dengan punya usaha atau tidak punya usaha. Seorang karyawan pun bisa memiliki mental wirausaha.
Apabila Anda punya usaha tetapi selama bertahun-tahun Anda masih terjebak mengerjakan pekerjaan teknis operasional berarti Anda tidak memiliki mental wirausaha. Seorang yang punya usaha restoran tapi dia terjebak mengolah masakan dan mengerjakan urusan dapur sendirian ia tak memiliki mental wirausaha. Seseorang yang membuat agar usahanya sangat tergantung dengan keberadaannya, ia tidak memiliki mental wirausaha.
Lantas seperti apa orang yang memiliki mental wirausaha? Banyak cirinya, saya sampaikan beberapa diantaranya. Pertama, ia membangun tim yang solid.  Seseorang yang bermental wirausaha tidak akan tergoda untuk menokohkan dirinya. Ia lebih memprioritaskan kerja tim yang didukung dengan sistem yang kuat. Perusahaan harus tetap jalan tanpa kehadirannya.
Tengoklah pengusaha-pengusaha besar, usaha mereka tetap berkibar walau mereka tinggal untuk keliling dunia. Bukan hanya itu, sepulang dari keliling dunia biasanya ada bisnis baru yang ia bawa untuk dikembangkan. Ia akan membentuk tim dan sistem lagi untuk mengembangkan bisnis barunya itu. Bisnisnya terus tumbuh membesar dan melebar.
Kedua, ia pro aktif membangun kekuatan dan jaringan. Seseorang yang bermental wirausaha tidak ingin maju sendirian. Secara pro aktif ia akan terus berkolaborasi dengan orang orang yang memiliki visi dan misi yang seirama. Bisnisnya kuat karena mereka saling menguatkan satu dengan yang lain. Setiap membangun kerjasama mereka ingin selalu win-win solution, saling menguntungkan bukan “yang penting saya untung”.
Ketiga, ia mudah beradaptasi dengan perubahan. Orang-orang yang bermental wirausaha tidak kaku dengan ide dan gagasannya. Mereka cepat mengikuti perubahan zaman, cepat membaca selera pasar dan kemudian memanfaatkannya untuk kemajuan bisnisnya.
Baca dan pelajarilah perusahaan-perusahaan yang mampu bertahan ratusan tahun. Mereka semua dikelola oleh orang-orang yang bermental wirausaha. Bisnisnya tidak hanya bertahan pada satu generasi tetapi bisa diwariskan kepada anak cucunya.
Nah, bagi Anda yang sudah berbisnis lebih dari 5 tahun, tolong jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini.  Apakah sudah punya tim yang solid? Apakah jaringan yang mendukung bisnis Anda terus bertambah? Apakah produk dan jasa Anda memang sangat diminati pasar? Bila semua jawabannya belum/tidak, patut diragukan Anda memiliki mental wirausaha.


Pencipta Nilai


Anda ingin kaya? Saya yakin sebagian besar Anda menjawab: Ya. Sekarang coba Anda tuliskan 5 alasan mengapa Anda harus kaya? Atau paling tidak coba ucapkan secara jelas 5 alasan mengapa Anda harus kaya? Agar mendapat manfaat dari tulisan ini, jangan lanjutkan membaca sebelum Anda menjawab pertanyaan tadi.
Oke, sudah dijawab? Berapa banyak jawaban Anda? Kurang dari 5, persis 5 atau lebih dari 5 alasan? Menurut mentor bisnis saya, jawaban Anda mencerminkan pikiran dan tindakan Anda selama ini. Bila Anda menjawab kurang dari 5, itu berarti Anda tipe pengurang nilai. Selalu melakukan pekerjaan di bawah standar atau kewajiban yang diminta.
Tipe pengurang nilai ini, bila menjadi karyawan ia akan menjadi beban. Gaji yang diterima lebih besar dari pekerjaan yang dihasilkan. Apabila terlalu banyak karyawan tipe ini di perusahaan maka kebangkrutan tinggal menunggu waktu. Apabila ia menjadi pengusaha maka usahanya tidak akan bertahan lama. Konsumen banyak yang kecewa, apa yang dijanjikan tidak sesuai dengan kenyataan.
Apabila Anda menjawab persis 5, berarti Anda manusia rata-rata. Hanya mengerjakan yang menjadi tugas Anda. Apabila Anda bekerja dan mendapat gaji Rp 10 juta maka Anda hanya mengerjakan pekerjaan senilai Rp 10 juta. Bila lebih hanya beberapa juta saja.
Bila Anda menjawab lebih dari 5 alasan maka Anda adalah pencipta nilai. Apabila Anda bekerja dan mendapat bayaran Rp 10 juta maka Anda akan memberikan nilai berlipat dari bayaran Anda. Para pencipta nilai inilah para pemenang.  Carilah karyawan dari orang-orang yang memiliki tipe ini. Perusahaan Anda akan terus bertumbuh membesar.
Jika ia pengusaha, ia adalah pengusaha yang dipercaya oleh pelanggan dan mitra kerjanya karena selalu memberikan nilai lebih kepada mereka. Apabila Anda ingin menjadi pengusaha yang sukses saran saya jadilah tipe pencipta nilai ini. Anda harus memberikan banyak nilai dan kelebihan kepada pelanggan Anda.
Segeralah berbenah, bila saat ini Anda masih termasuk pengurang nilai atau tipe manusia rata-rata segeralah berlatih untuk menjadi pencipta nilai. Saat menjawab pertanyaan itu dari mentor bisnis sayapun hanya menjawab 5 alasan. Saya tipe manusia rata-rata. Tetapi tidak ada kata terlambat untuk berbenah, kita harus menjadi pencipta nilai, kita mulai sekarang juga!